Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Wajah Kereta Api Indonesia Sekarang dan Masa Lalu

Kereta api ekonomi AC melintas di stasiun Cirebon Prujakan

Lima tahun mungkin bukan waktu yang lama bagi sebagian orang. Tapi mungkin dalam kurun waktu tersebut banyak cerita dan pengalaman yang dapat kita ambil hikmah didalamnya. Sudah lebih dari lima tahun pula kutinggalkan anak dan isteriku di Surabaya guna merantau di Jakarta. Pada awalnya hanya sebulan sekali saja aku bisa bertemu dengan mereka, naik pesawat terbang tentunya tidak karena gaji yang masih pas-pasan. 

Tentu saja naik kereta api yang jadi pilihan utamaku, kelas bisnis lah yang kupilih daripada kelas eksekutif yang harganya mencekik leher pas akhir pekan, atau bukan juga kelas ekonomi yang waktu itu aku belum tahu kenyamanan dan lika liku didalamnya.

Sebenarnya ada dua pilihan kereta api yakni lewat jalur selatan dan jalur utara dari Jakarta ke Surabaya dan begitu pula sebaliknya. Dinamakan kereta jalur Utara karena setelah lepas dari Cirebon kereta akan lurus langsung melewati tepi pantai utara pulau Jawa melalui kota Tegal, Pekalongan, Semarang, Cepu, Bojonegoro dan Surabaya. 

Untuk jalur Selatan setelah sampai Cirebon kereta akan berbelok ke arah pantai Selatan dari kota Purwokerto terus ke Kebumen, Kutoarjo, Yogyakarta kemudian berbelok ke kota Solo, Madiun, Jombang dan Surabaya. Untuk rangkaian KA (Kereta Api) jalur selatan ada GBM (gaya baru malam) kelas ekonomi dan KA Bima untuk kelas eksekutif, dan akhir tahun 2014 ada KA Jayabaya yang baru saja dilaunching.

Sedangkan untuk jalur Utara ada KA Kertajaya kelas ekonomi, KA Gumarang (bisnis dan exe), Sembrani (exe), dan Argo Bromo Anggrek (Exe). Namun seiring dengan perjalanan waktu akhirnya kucoba juga untuk naik KA ekonomi, harga tiket yang terjangkau menjadi alasan mengapa kelas ini dipilih banyak orang. Saat itu tahun 2010 tiket KA ekonomi untuk tujuan Surabaya dari Jakarta dan sebaliknya masih di kisaran angka 40 ribuan. Murah memang dibanding tiket bisnis yang pada akhir pekan bisa mencapai 185 sampai 200 ribuan.


Suasana dalam gerbong KA Kertajaya Ekonomi AC

Mulailah aku coba berburu untuk mendapatkan tiket tersebut setiap akhir pekan, tidaklah mudah mencari tiket pada waktu itu karena memang belum dijual online seperti saat ini. Di stasiun Pasar Senen sering saya dilihat papan pengumuman bahwa tiket ekonomi bisa dibeli H-7 sebelum keberangkatan, namun sesekali saja kalo nasib lagi baik kita bisa dapatkan. 

Padahal di calo yang banyak berkeliaran, tiket kita bisa dapatkan waktu itu dengan harga 60 sampai 75 ribu rupiah. Alhasil setiap Jumat pagi saya mesti antri di stasiun untuk keberangkatan sore harinya dan Minggu pagi antri di stasiun Pasar Turi untuk keberangkatan balik. 

Dari menunggu antrian minggu ke minggu bulan ke bulan akhirnya banyak kudapat teman dan pengalaman baru, dari situ kita bisa bergantian antri tiap minggunya. Dan ternyata yang menjalani kehidupan seperti saya "Penglaju atau PJKA" banyak sekali jumlahnya bisa ratusan. Lebih banyak lagi untuk relasi Solo dan Yogyakarta. 

Sekarang sudah hampir 5 tahun kujalani setiap akhir pekanku di gerbong kereta, banyak juga teman yang sudah "LULUS" diwisuda dari KA Kertajaya kalo saya boleh pinjam istilah teman teman. Pak J misalnya pegawai PLN sudah dimutasi ke Surabaya, Mas E pegawai asuransi juga dimutasi karena kantornya membuka cabang baru di Surabaya, sedangkan Pak E yang saya sendiri belum jelas apa profesinya namun beliau paham betul tentang aviation dan penerbangan memutuskan untuk memboyong istrinya ke Curug karena anak anak beliau sudah besar dan mandiri untuk ditinggal sendiri di Surabaya. 

Kini saya merasa sendirian karena sekarang saya jarang pulang rutin dengan KA yang sama, namun sejak 2 tahun yang lalu banyak perubahan di sistem perkeretaan apian kita. Tiket lebih mudah didapat dimanapun dan kapanpun, namun tetap saja untuk tiket kelas ekonomi harus berebutan jauh jauh hari. Kereta lebih menjadi lebih bersahabat dan manusiawi karena tidak ada lagi orang yang tidur dalam toilet dan sambungan gerbong kereta. Para penumpang gelap kereta pun sekarang hampir tidak saya temui keberadaannya.

Penumpang bisa lebih nyaman tidur karena tak ada lagi hiruk pikuk asongan, hingga mereka bisa tidur dan bermimpi bertemu keluarga sejenak melupakan kepenatan hidup di ibukota. Pak Jo saya salut dengan kinerja anda selama ini membawa PT KAI menjadi lebih baik dan mudah mudahan dengan jabatan anda yang baru anda tidak melupakan kami kami ini para Penglaju "Pulang Jumat Kembali Ahad" yang coba bertahan hidup di ibukota demi anak istri di lain kota.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda