Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

NASIB ANAK KOST DI JAKARTA

Hampir lima tahun hidup di Jakarta sebagai ANAK KOST dan "Bujangan Tua" tak terasa bagi saya. Dulu saya tidak membayangkan akan tinggal di Jakarta namun kebutuhan ekonomi mengharuskan saya menjalani hal tersebut. Keluarga terpaksa ditinggal di kampung halaman, dengan alasan yang hampir sama dengan orang orang perantauan pada umumnya, yakni Lingkungan Jakarta yang tidak layak ditinggali terutama bagi anak anak. Baik dari segi Psikis dan Fisik.

Saya adalah tipikal orang STATIS dimana kurang suka untuk bergaul dengan lingkungan sekitar kost maupun sesama anak kost lainnya. Dan hampir 5 tahun ini saya tidak pernah berpindah kost, alasannya sederhana yakni sudah KERASAN dengan kost yang ada sekarang dan yang kedua malas untuk berpindah berpindah.

Jarak antara kost dengan tempat kerja saya lumayan dekat sekitar 500 meter, dan jalan kaki adalah yang saya lakukan selama ini. Saya tidak berpikir untuk membawa motor dari kampung karena akan menambah beban pengeluaran tiap bulan saya. Banyak jalan tikus yang bisa saya lalui untuk menuju kantor, dari yang melewati rumah rumah besar dan mewah di gang utama hingga rumah rumah petak kecil di pinggir sungai, komplit sudah semua. Jarak antar status dan kemapanan terhampar jelas sudah.

Lima tahun yang sudah saya lewati tak terasa lama, kini saya menjadi penghuni kost SENIOR, karena seringnya terjadi pergantian penghuni. Dan hampir sepanjang waktu itu pula saya tidak pernah kenal dekat dan tahu dengan jelas asal usul masing masing penghuni kost.

Baru kira kira setahun penghuni kamar sebelah berganti orang, rupanya penghuni baru ini cukup sopan dan akrab sehingga saya bisa mengenal lebih jauh asal usulnya. Begitu juga dengan penghuni kamar seberang yakni kamar nomer 9, sebelumnya saya tidak begitu kenal hingga suatu saat saya melihat bahwa motor yang dipakainya memiliki plat no H yakni Semarang dan sekitarnya.

Dari ngobrol dan ngopi ngopi bersama, kita bertiga menjadi akhirnya berteman dan memiliki kedekatan emosi. Selama 5 tahun di Jakarta sebagai anak kost akhirnya saya memiliki teman untuk saling berbagi cerita baik suka maupun duka. Beda usia kita bertiga hampir sama, masing masing hampir selisih 7 tahun tiap orangnya. Dan saya ada di tengah tengah.

Dua orang teman kost saya ini adalah pengojek online dari GOJEK dan GRABBIKE, semuanya bukan profesi utama. Hanya sebagai sambilan setelah pulang kerja. Teman saya yang paling tua ini adalah sopir di perusahaan roti, tugasnya mengantar roti ke toko. Jam kerjanya enak, kadang jam 1 siang sudah pulang ke kost, kesempatan inilah yang dipergunakan untuk menjadi pengojek online.

Rupanya fenomena ojek online tidak seindah di bayangan orang, mungkin dengan semakin banyaknya anggota dan saingan sehingga susah sekali untuk mendapatkan order. Paling banyak dalam sehari dia hanya mendapat 3 kali order tidak lebih dari itu. Namun itu sudah bisa menopang kehidupannya sehari hari dan menambah uang KIRIMAN ke keluarganya di kampung.
Semakin dekatnya hubungan kita bertiga kadang ada hal yang membuat kita menjadi tidak tegaan dan timbul rasa simpati atau kasihan.......

Bersambung.... 

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda