Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Sepenggal Kisah Mengharukan di Perjalanan Kereta Api Brantas


Sekitar dua atau tiga tahun yang lalu saya sempat rutin menggunakan kereta api Brantas untuk pulang ke Surabaya dari Jakarta. Sebenarnya agak aneh karena saya harus oper lagi dari stasiun Kertosono ke arah Surabaya.

Alasan saya dulu sempat beralih ke Kereta Api Brantas adalah karena majunya jadwal keberangkatan kereta api ekonomi dengan tujuan akhir Surabaya. Kereta Api Gaya Baru Malam Selatan maju ke jam setengah 11 pagi dan kereta Api Kertajaya ke jam 2 siang. Hal ini berarti saya harus selalu ijin setengah hari dari kantor setiap akhir pekannya. Karena itu saya akhirnya memilih kereta api Brantas yang jadwal berangkat lebih manusiawi yakni jam setengah 4 sore.

Kereta api ini jadi favorit para PJKA seperti saya dahulu terutama yang berasal dari Madiun, Solo, Semarang serta Kediri. Namun sejauh pengalaman saya dulu penumpang banyak turun di Semarang, Solo dan Madiun. Karena itu selepas stasiun Solo kebanyakan kursi di gerbong kosong sehingga penumpang dengan tujuan sesudahnya bebas tidur pulas, tentu saja jangan sampai ketiduran kalau tidak ingin terlewat turun di stasiun tujuan.

Pernah suatu saat setelah lepas dari stasiun Solo gerbong tempat saya duduk sudah sangat sepi, mungkin hanya tinggal beberapa orang dalam satu gerbong, saat asyik dan sudah hampir terlelap saya sekilas melihat dua orang petugas kebersihan menjalankan tugasnya menyapu kolong kolong bangku dan lorong kereta yang penuh dengan tumpukan sampah.

Walaupun mata terasa sudah berat menahan kantuk, sesaat saya sempat merekam aktifitas dan obrolan mereka. Di sela sela saat mereka berdua menyapu terdengar obrolan yang membuat saya bergidik merinding dan risau. Terdengar petugas pertama bicara "Ee aku nemu ini sego karo iwak durung mambu" kalo diartikan Ee ini aku menemukan nasi dengan lauk yang belum basi.


Mendengar pembicaraan mereka berdua, saya terhenyak bangkit dari tidur dan mencoba mengintip apa yang sebenarnya terjadi, ternyata benar sesuai dugaan saya. Oh, Tuhan mereka mengais sisa makanan dari bungkusan makanan penumpang kereta. Air mata sempat meleleh di kelopak mata, Tuhan masih ada saudara saudaraku yang di tengah kerja keras mereka menghidupi anak dan istri mereka rela menahan lapar dan makan dari sisa sisa nasi orang lain.

Kejadian ini selalu membuat saya tersadar bahwa masih banyak saudara kita diluar yang kesusahan dan hidup dalam kekurangan. Janganlah kita bersifat hedon, acuh terhadap keadaan sekitar kita, atau paling tidak mengingat saat kita makan janganlah terlalu berlebihan hingga akhirnya terbuang sia sia. Tanamkan selalu pada keluarga terutama anak anak kita bahwa mereka tidak hidup sendiri di lingkungannya. Mereka hidup bersama orang lain dengan keadaan yang berbeda beda pula tentunya.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda