Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Suka Duka Driver Ojek Online "Kala dimana Penumpang adalah Raja"


Internet memang mengubah segala sendi kehidupan manusia,  dari kota desa hingga pelosok daerah terpencil sudah dirambahnya. Seakan tak ada batasan lagi di belahan dunia satu dengan yang lain.

Perkembangan ini juga merambah ke dunia transportasi yang selama ini masih offline akhirnya terdobrak pakem lamanya menjadi online dengan segala kelebihannya.  Penumpang dulu harus berpanas panas menunggu angkutan umum sekarang tinggal nyalakan aplikasi di telepon pintarnya dan mobil pesanan akan tiba tanpa perlu repot pesan lewat customer service seperti transportasi darat konvensional.

Kini semua segi kehidupan hampir terlayani dengan adanya aplikasi bernama Gojek, Grab,  Uber,  dll.  Mulai dari taxi motor,  taxi mobil,  jasa antar barang dan makanan,  jasa pembersihan rumah,  pijat,  dll sekarang tinggal klik dan sim salabim dalam sekejab apa yang anda inginkan terpenuhi.

Ya semua kemudahan itu ada di satu genggaman saja,  tak perlu keluar rumah repot repot untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan kuliner favorit anda. Apa yang anda inginkan akan siap diantar sesuai dengan pesanan anda. Namun sebagai manusia anda harusnya menyadari siapa orang orang dibalik semua itu. Mereka yang rela berhujan-hujan,  berpanas-panas,  atau bahkan antri berjam-jam untuk mendapatkan barang yang amda inginkan.

Pengalaman ini saya tulis berdasarkan kenyataan apa yang dialami rekan dan sobat sebagai pengemudi ojek online Gojek. Beberapa hari yang lalu kebetulan saya menginap di rumah kontrakan teman yang kebetulan sehabis pulang kerja bekerja sambilan sebagai driver Gojek. Berangkat jam 7 malam,  kedua sobat tersebut baru pulang sekitar setengah dua belas malam.

Saya terbangun karena kedatangan mereka yang hampir tengah malam. Satu diantaranya sehabis bersih bersih menceritakan pengalaman yang bisa dibilang "Naas" malam itu.  Mendapat 3 kali orderan Go-food semua warung makannya sudah tutup,  hingga dia masih berharap di orderan terakhirnya dia beruntung. Rupanya go food sedang ramai Kamis petang itu yang kebetulan tanggal merah.

Seorang cewek memesan menu fried chicken di kedai A namun naas kedai tersebut juga tutup namun dia tidak putus asa,  dia kembali menghubungi si pemesan dan mengatakan apakah orderannya bisa dibelikan di kedai lain dan diiyakan oleh si pemesan. Tak lama menunggu,  sepotong ayam goreng dengan nasi dan kentang goreng sudah ditangan,  saat akan menerima nota pembelian alangkah terkejutnya teman saya menerima kenyataan bahwa cewek yang mengorder ayam goreng itu membatalkan pesanannya.

Dia berusaha menghubungi si cewek namun naas ternyata aplikasi GoJek sangat berpihak kepada pengguna bukan kepada driver, history percakapan dan nomer telepon dengan pelanggan akan hilang setelah order selesai atau order di Cancel.  Ya,  hanya bisa tersenyum miris melihat ordernya dibatalkan akhirnya teman saya memutuskan untuk mengakhiri perjuangannya malam itu.

Dalam tertawa candaannya dia berkata,  dia akan ikhlas jika konsumen tidak membayar makanan yang sudah dibelikan asalkan tidak membatalkan orderan.  Dalam hati saya tertawa "Opo yo tenan Lek lek...." Karena sudah rugi nombok pula. Paling tidak jika order tidak tercancel dia akan mendapat 2 point go food dan biaya pengiriman sebesar 9 ribu rupiah. Untung saja teman saya satu ini tidak mau ambil pusing dengan apa yang terjadi malam ini.

Saya hanya bisa manggut manggut saja,  kok masih banyak orang orang yang dengan tega hati membuat order TUYUL atau pura pura dan dengan seenak hati membatalkannya di tengah jalan. Coba Mas atau Mbak bayangkan andaikata situ dalam posisi seperti teman saya atau driver Gojek lainnya,  rela berpanas-panas, malam hari keluyuran dan mengantri membelikan makanan pesanan anda dan tiba tiba anda batalkan pesanannya.

Dalam hati saya "S...a rasanya belum pantas bagi anda yang tidak punya rasa kemanusiaan terhadap sesama". Oalah yo nasib. nasib.........

Comments

  1. Oppo iyo lek.....?????😝aaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyo tenan Lek Ded, mesake wis teko dalu muleh ra nggowo duwit malah dikerjani penumpang e :-)

      Delete
  2. Lah klo gofood mau hubungi pelanggan gk lewat aplikasi kali...klo dia sudah menghubungi brrti sudah tlpon atau SMS ...no nya pasti ke simpen...saya driver pemain good mas...tulisan artikel nya sangat bagus..to kedepankan fakta di banding fiktif...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Mas atas komentarnya, artikel yg saya buat semuanya berdasarkan fakta dan pengalaman pribadi saya, andaikan ada point yg kurang tepat itu murni kesalahan saya karena gak cross cek lagi dengan obyek atau pelaku.

      Delete
  3. Kalau aku kebalikan mas. Saya order gofood malah disuruh cancel sama drivernya. Katanya jauh dari posisi dia. Lah dia yang ambil orderan kok dia yang minta cancel...mana udah laper pake banget.

    ReplyDelete
  4. Mungkin saat itu driver pake mode AUTO sehingga orderan akan masuk secara otomatis jadi gak bisa nolak.
    Begitu dia tahu orderan agak jauh jaraknya akhirnya dia cancel sepihak, namun dengan resiko performance driver akan turun.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda